Rupat Bengkalis Pindomerdeka. online
Mapala Suluh FKIP Universitas Riau menanam kopi liberika bersama masyarakat Kelurahan Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis -Riau pada, Sabtu 28 Juni 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk menekan laju perluasan perkebunan dan peralihan kelapa sawit secara perlahan dengan tanaman yang sesuai dengan karakteristik ekosistem gambut. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu menjadi komoditi alternatif dalam pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem gambut guna meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Riau, khususnya di Pulau Rupat.
Kegiatan penanaman ini dihadiri oleh Pemerintah Kelurahan Tanjung Kapal, tokoh masyarakat, KTH Maju Bersama, Brimapa Sungkai, mahasiswa Universitas Riau, WALHI Riau, dan Pokja Percepatan Perhutan Sosial Riau.
Pihak akademisi juga turut membersamai kegiatan ini dan menyampaikan manfaat penanaman kopi liberika bagi ekosistem gambut.
Prof. Asssaludin Jalli, Guru Besar Universitas Riau mengatakan bahwa kopi liberika berperan penting menjaga kelestarian hutan di lahan gambut. Karena karakter kopi liberika sesuai dengan ekosistem gambut dan mampu hidup berdampingan sebagai salah satu jenis tanaman hutan serta mendorong agroforestry. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi pihak lainnya dalam upaya perlindungan ekosistem gambut dan peningkatan ekonomi masyarakat,
“Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti di sini saja”.
Proses perkembangan bibit kopi hingga panen harus terus di catat dan menjadi bahan referensi bagi kegiatan serupa di kemudian hari. Untuk itu peran multi pihak sangat dibutuhkan, terutama Pemerintah Daerah sebagai alternatif peningkatan ekonomi masyarakat dan peralihan komoditi kelapa sawit menjadi kopi liberika,” ucap Prof AJ.
Kopi liberika merupakan komoditi dengan karakterik yang cocok dengan ekosistem gambut. Karena komoditi ini tidak rakus air dan tidak merusak tata kelola hidrologi gambut. Hal ini sangat cocok untuk pemulihan ekosistem gambut Pulau Rupat.
Kemudian jenis komoditi ini dapat ditanam tumpang sari dan tidak memerlukan land clearing. Artinya, kopi liberika tidak akan menyebabkan deforestasi dan menambah beban Pulau Rupat sebagai pulau kecil.
Mimi Safitri, Ketua Mapala Suluh FKIP UNRI mengatakan bahwa, kegiatan ini merupakan kebun percontohan peralihan tanaman kelapa sawit menjadi kopi liberika seluas satu hektar. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui praktik tanaman kopi di sela tanaman kelapa sawit produktif. Pemilihan lokasi tanam di sela tanaman kelapa sawit adalah memanfaatkan kelapa sawit sebagai naungan kopi liberika sehingga mampu mengurangi intensitas matahari sampai ke kanopi daun. Kemudian pemilihan usia tanam kelapa sawit juga sangat penting mengingat tujuan penanaman ini adalah peralihan komoditi.
“Pada kebun percontohan ini, kami menanam 500 bibit kopi liberika di sela tanaman kelapa sawit berusia ±15 tahun. Ketika kelapa sawit memasuki usia tidak produktif, kopi liberika sudah siap memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjadi komoditi alternatif yang sesuai dengan karakteristik ekosistem gambut. Semua ini kami lakukan sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat serta mendorong pemulihan Pulau Rupat dengan pemanfaatan ekosistem gambut secara berkeadilan dan berkelanjutan,” ujar Mimi.
Demikian disampaikannya Melalui Riski,Selasa(1/7) di kediaman Wakabiro Pindomerdeka yang dirangkum**(Zaini)