Rantauprapat, Pindo
Jika pertanyaan pada tulisan pamflet spanduk itu, dihadapkan kepada kita, maka satu pun kita tidak ada yang mengakui bahwa diri kita binatang alias hewan, walau pun kita tidak termasuk kingdom Monera, protista, jamur dan tumbuhan, tapi jelas kita manusia tergolong pada kelas/ binatang hewan.
Lalu setujukah mereka yang buang sampah itu disebut binatang, seperti tulisan spanduk yang ada di jln lintas Sumatera kota Rantauprapat Sumut itu ?
No !!! Nehi, la.. la,. tidak, tentunya yang membuang sampah di pinggir jalan pun tidak rela, jika disebut binatang/ mungkin mereka tidak pandai membaca atau tidak mau menggunakan otak.
” Tak mungkin mau Kadis Lingkungan Hidup Labuhanbatu, Kadis Pol PP mau di sebut binatang, walau tugas itu nyenggol sedikit dengan tanggungjawabnya, pasti dia tak ngaku binatang.
Untuk apa kadis ngaku jadi binatang, sedangkan pembuang sampah tak mau disebut binatang.
Sebelumnya kita pernah baca di koran, tentang denda” bagi siapa saja warga Labuhanbatu yang membuang sampah tidak pada tempatnya, maka di denda … rupiah ( lupa berapa Rupiah dendanya, tanya Kadis DLH dan Kadis Pol PP, jangan jangan kadis itu pun pura pura lupa dan harus kasak-kusuk tanya anggota dulu).
Sangat mungkin Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kadis pol PP yang akrab mengawasi peraturan itu, apalagi mereka punya pasukan yang di gaji oleh rakyat.
Kalau saya ketua DPRD, akan saya rekomendasikan kepada bupati supaya memberi warning kepada para Kepala dinas dan instansi terkait.
Solusi ini yang lebih penting kita ambil, daripada kita mencari kambing penghianat alias siapa binatang yang sesungguhnya ?
Tak mungkin Bupati, Kapolres, Kajari, Ketua PN, wartawan Pindo , LSM GAPOTSU dll, jadi binatang ?
Demikian Inisiator LSM GAPOTSU H. P. DAULAY SP MSI, kepada sejumlah jurnalis di Resto GB Rantauprapat, tgl 14/9-2024.
” Ini penting di respon pihak terkait, jalankan peraturan denda atau buat perdanya, sebagai pedoman daripada kita warga Labuhanbatu disebut binatang … binatang .., seperti yang tertulis di jl Baru/ Adam Malik Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Sumut itu, yang dibaca oleh semua warga yang melintas dan terkhusus murid MAN Rantauprapat yang setiap hari membaca kata kata yang tidak sopan dan dapat merusak mental generasi anak Labuhanbatu itu.
Atau pilih, akan saya pimpin anggota LSM pemerhati lingkungan dan wartawan yang bukan Abal-abal demo atau mengajak Kadis Lingkungan Hidup dan Kadis Pol PP ke lapangan atau kalau para kadis tak mau cari solusi, lari dari tanggungjawab, maka cari aman saja, pilih saja cuti.” sindirnya.
Untuk itu saya minta Kepada instansi terkait, ajak tim saya, segera membersihkan sampah itu, lalu cabut segera spanduk itu, malu awak atau kalian tak punya malu,” tanya pak H. P. Daulay SP MSi yang juga mantan Kepala Dinas dan dikenal selaku tokoh pers berpengaruh di 5 propinsi itu.
” Untuk apa kami bayar gaji ratusan petugas honor di Kantor DLH dan Pol PP dan instansi lainnya, jika Kepala tak mampu memaksimalkan nya,” tutup pak Haji Daulay sambil minta agar kadis Lingkungan Hidup, Kadis Pol PP dan instansi tekait , jangan dulu keluar kota dengan alasan bimtek dll, tunggu saya di kantor adinda sebelum demo kami gelar,”
” Kami tidak perlu menunggu suara dan janji DPRD, mungkin mereka sedang asik menjahitkan baju safari harga mahal untuk pelantikan,” tegasnya.
Tak perlu kita tunggu, pak Hendri Daulay SH, Bu dr Maya atau Pak Amri jadi bupati, mereka lagi konsentrasi menerapkan strategi mendulang suara, semua ngaku menang … menang 3 x ” kata Pak Haji Daulay MSi yang diaminkan anak didiknya/ pengikut setia pereman cerdas se kota Rantauprapat dan para wartawannya dan LSM nya / mahasiswa. **( Ade Daulay SE/Caom/ Ali Hsb/ tim)