Rupat Bengkalis Pindomerdeka. online
Puluhan orang pengungsi Kabur dari Lapangan Pekerjaan Kebun Akasia di Rupat Bengkalis Riau, informasi yang dikutip Pindomerdeka, Kamis malam, 30 November di pengungsian mereka di Sidomulyo RT 03,RW 03 Batupanjang saat ditemui dalam keadaan memprihatinkan dengan wajah lesu, kusam dan menggendong bayi serta anak kecil juga membawa bungkusan berisi pakaian basah kuyup.
,’ kami kabur dari kerja di PT SRL, kami tak sanggup lagi mengikuti cara kerja yang sangat menyakitkan. Bantulah kami, kami sudah cukup menderita dan anak-anak kecil kami seperti ini berusia masih 2 minggu dan juga 3 bulan ikut sengsara,” ucap mereka.
Informasi seperti itu didapat warga bersama Ketua Rt 03 Dana Ardiansyah Nasution sehingga saat itu pula tampak warga sekitar berdatangan membantu apa adanya baik makanan,minuman dan obat-obatan termasuk pakaian serta sarana tempat tinggal pengungsian dan alat untuk memasak sementara tinggal dan menuju proses dari pihak berwenang, hal ini berlangsung beberapa pihak mencari solusi terbaik, Kamis 30/11/2023, sekira pkl. 19’00.
Mereka mengakui, kabur karena tekanan dari seorang Kepala Rombongan(KR) kerja mereka yang diduga membuat kesewenangan dalam bertindak tidak Manusiawi berawal dari sistem kerja mencabut anak akasia tumbuhan liar atau namanya penjarangan, tetapi pekerja saat mengalami sakit tidak diberi waktu untuk istirahat sebagaimana layaknya manusia sehingga bagi mereka terasa sedih.
Dan bahkan telah dua (2) orang Rombongan mereka sesama meninggal Dunia ketika pulang kampung justru dari sakit yang dialami saat dilapangan Kebun akasia,tetapi seorang Bapak kandung dari kedua anak nya meninggal itu tidak diberikan izin pulang untuk menjenguk keluarganya sendiri, ungkap mereka dan seorang bapak (Awaluddin) asal Padang Desa Mentawai Kecamatan Si Kakap.
Kami tidak dapat bergerak mau kemana cari tambahan kebutuhan atau saat sakit berobat pun susah, bahkan di lapangan kerja tidak dibenarkan beristirahat saat siang di Kem, kami dimarah dan di bentak seperti binatang dan diperlakukan tidak manusiawi “menurut kami”, ungkap mereka.
Diantara yang kami rasakan, 1 sakit keluarga kami pertama laki-laki, dibilang pura-pura sakit dan dipaksa terus kerja oleh KR, kemudian sanking beratnya sakit yang dialami “barulah diberi izin” pulang ketika itu, namun meninggal dunia saat dikampung , dan beruntun lagi anak gadis saya juga meninggal karena sakit dari kerja kebun akasia yang sama, saya seorang bapak kandung tidak diberi Izin menjenguk oleh KR (AJH)kecuali bayar Hutang terlebih dahulu, ungkap Awaluddin, asal Padang Desa Mentawai itu.
Sebagai identitas diri mereka,sejak awal hingga kini sejumlah KTP dan KK kami(pihak Pekerjadi PT. SRL) ditahan oleh KR (Kepala Rombongan) sebut saja inisial AJH. Dengan kejadian ini terindikasi terjadi dugaan tindakan sewenang wenang pada pekerja sebanyak 20 orang ditambah seorang (bayi usia 2 minggu) dan seorang anak usia 3 bulan jadi 22 insan manusia patut dilindungi secara kemanusiaan, yangmana
laki- laki 10 orang, perempuan 4 (mamak/IRT) dan lainnya anak anak
Mereka ada dari Padang(Sumbar) Desa Mentawai Kec. Sikakap,
dari Medan Stabat, dari Aceh dan Nias. Mereka sudah kian tergabung sejak bekerja di PT MMJ sebelumnya, kemudian masuk kerja di PT. SRL dengan pimpinan lapangan Kepala Rombongan disebut(KR) inisial AJH.
Sebagai identitas pribadi mereka, KTP dan KK mereka masing-masing sejak masuk kerja telah di pegang seorang KR berinisial AJH,namun ketika mereka beramai -ramai keluar dari pekerjaan alias kabur akibat terdampak pekerjaan yang tidak dapat diteruskan karen tidak sesuai Ongkos /upah kerja, ini ucapan Pak Awaluddin selaku pejerja yang sebagai orang tertua dalam romnongan itu di temui media ini di rumah pengungsian nya di Sidomuoyo Rt. 03,Rw.03 Kel. Batu panjang, Kamis 30/11/2023 malam.
Ketika ditanya, mereka semua merasa keberatan meneruskan pekerjaannya sehingga memilih kabur tanpa permisi sebab sudah ± 7 bulan kerja belum pernah tau betapa gaji yang ada masing-masing, tetapi belanja utuk kebutuhan dapat diambil di Kantin secara hutang terus menerus yang akan berbahaya bagi kami, ungkap mereka.
Sebelumnya, Ketua RT Sidomulyo, Dana Ardiansyah Nasution dan warga menerima kehadiran mereka rombongan datang ke Kampung dalam keadaan memprihatinkan sebab mereka membawa anak-anak kecil dengan kondisi yang tidak layak bahkan ada bayi usia 2 minggu pun ada dalam kondisi yg menyedihkan secara kemanusiaan, ungkap nya.
Selanjutnya Ketua RT Dana Ardiansyah Nasution koordinasi kawan kawan agar menyampaikan hal itu ke pihak Kepolisian, pihak Kelurahan dan para tokoh masyarakat lainnya agar mengetahui sesiapa mereka pekerja yang mengaku terdampak dari salah satu KR di perkebunan HTI Pulau Rupat agar dapat di bantu secara sosial kemanusiaan, melihat kondisi mereka minta perlindungan dari keadaan yang mereka alami itu.
Atas laporan itu, Kamis malm jumat tibalah Babinkamtibmas bersama timnya bertujuan menemui mereka di kampung Sidomulyo guna melihat kondisinya dan upaya perlindungan sesuai laporan yang diterima, kata Babinkamtibmas, Bripka Angga Bayu Pratama kepada media ini, saat jumpa di pertengahan jalan menuju Sidomulyo pada keadaan sarana jalan berlumpur,becek yang licin usai hujan dan gerimis, namun Bhabinkamtibmas tetap berupaya melintasi jalan menuju Pengungsian mereka terdampak itu.
Hasilnya malam itu pihak pekerja terdampak membuat surat permohonan perlindungan tertulis atas kondisi rombongan mereka yang sedang dialami serba kesusahan itu kepada pihak Kepolisian yang hadir.
Pagi harinya (Jumat) Pihak Upika Rupat wewakili Pemerintah Kecamatan oleh Kasi Kesos Kec. Rupat, Hafiz Novendra , S. S. T P dan rombongan Kepala UPT Sosial Iwan, dan perlindungan Anak serta Ketenagakerjaan Ibu Margareta, Babinsa Koptu Budi Irawan, Dan Satpol PP juga pihak Kelurahan Batupanjang Zakaria hadir menemui Para mereka pekerja terdampak melihat langsung kondisi yang dialami medeka serta Historis kejadian itu bermula.
Kata Hafiz, kita tetap mengikuti prosedur yang ada agar nanti kepulangan bapak Ibu bisa diteruskan. Kalau kami harus tahu apa pula dari pihak perusahaan agar hal kedua belah pihak sama-sama mendapat solusi terbaik.
Lanjut Kasi Kesos, karena melihat keadaan tangan seorang remaja nama (Putra) dalam keadaan bengkak akibat kerja manual mencabut anak akasia liar di PT. Kebun HTI itu tanpa bisa berdiam diri walau istirahat sebentar pun di bentak dari Kepala Rombongan (KR) Inisil AJH, terang mereka ke tim yang hadir.
Inti yang disampaikan Kasi Kesos Hafiz Novendra, kami tetap melanjutkan proses bapak Ibu agar segera selesai dalam permasalahan ini, karena juga anak seperti ini tidak boleh di perkerjaan bahkan itu sudah termasuk hal perlindungan anak, tapi bapak Ibu bersabarlah dulu dan juga masyarakat disini harus Terima dan bantulah mereka, kami tetap lanjut mencari solusi agar tidak berlarut-larut lagi, katanya.
Ketenagakerjaan Ibu Margareta menyebutkan bahwa akan membuat laporan ke Dinas Bengkalis apa apa yang dialami mereka Para pekerja dan yang masih dibawah umur, apakah pihak perusahaan terindikasi lalai atau seperti apa? dan kita akan kelapangan langsung dan tindak lanjut, tegas Ibu Margareta pada Video kunjungannya saat dilapangan Kampung Sidomulyo (Jumat)
Semua pihak yang hadir satu arah dan terwakilkan apa yang disampaikan Kasi Kesos dan Ketenagakerjaan, juga Kepala UPT Sosial dan juga Babinsa.
Sempat juga para pekerja terdampak itu menyampaikan di hadapan semua tim dari beberapa petugas terkait bahwa pekerja merasa tertekan dari seorang Kepala Regu di lapangan sehingga memilih kabur akibat bahaya Hutang akan tetap terus terlilit dan akan mengalami kkematian beransur-ansur karena dalam keadaan sakitpun disuruh kerja terus jangan ada istirahat bahkan dari pagi hingga malam masih dalam pekerjaan, kata mereka.
Bahkan sudah 2 orang anak mereka telah meninggal dunia Akibat sakit dialami saat bekerja di kebun akasia setelah sakit parah barulah diberi izin terpaksa dibawa pulang kampung lalu meningal secara bertutut-turut antara abang dan adiknya perempuan, tapi saya selaku bapak kandung tidak diizinkan oleh KR pulang untuk menjenguk keluarga, kecuali bayar hutang terlebih dahulu, kata Bpk. Awaludin.
Bahkan KTP dan KK kami tetap ditahan sampai saat ini, mereka seraya berkata demikian.
Salah satu tokoh Sdr. Likhin menjelaskan pada media Pindomerdeka sejak awal Kamis -Sabtu (2/12) hal itu sudah di rana Kepolisian 4 orang pekerja di mintai keterangannya bahkan pihak Perusahaan pun sama-sama hadir, saya sendiri belum tahu apa saja halnya yang dibicarakan, sebutnya.
Namun rana itu bukan wewenang kita tetapi yang jelas sudah jelas kita dengar ada anak-anak dibawah umur ikut dalam lapangan pekerjaan dan tinggal dalam kemah para pekerja dalam perusahaan besar, apakah bisa dibenarkan atau tidak? Tergantung mereka dan pihak berwenang, apakah anak-anak tersebut layak tinggal di kem-kem pekerja di lapangan.
Hal itu mereka mengalami sakit juga tinggal di situ, kok masih juga mau bekerja ikut dengan KR yang tidak diketahui sifat maupun kepribadiannya, apakah terpaksa, tekanan kebutuhan hidup, tapi malah menderita secara sosial kemanusiaan itu namanya seperti mencari mati pelan+pelan,ungkap sdr. Likhin**Zaini)