Rupat Bengkalis Riau Pindomerdeka.online
Pulau Rupat mendapat kunjungan pakar lingkungan hidup Dr. Elviriadi beberapa waktu lalu. Dr. Elviriadi bertemu Gubri Syamsuar dalam Kapal Roro Penyeberangan Rupat menuju Dumai.
Saat itu ada kegiatan Pak Gubernur di Rupat, sedangkan saya sedang melakukan kunjungan melihat kondisi lingkungan di Pulau Rupat. Momen bertemu Gubri saya gunakan untuk menyampaikan secara lisan tentang konflik korporasi yang berdampak pada kondisi masyarakat sekitar, ucap putra Selat Panjang itu kepada media Selasa (21/3-red)
Dr. Elv Pengurus Pusat Muhammadiyah itu menyampaikan kepada Gubernur Riau bahwa korporasi lalai dalam melakukan konservasi gambut.
Katanya, di Riau ini konservasi gambut di areal budidaya wilayah konsesi tak berjalan. Pengurangan ketinggian permukaan air melalui kanal-kanal itu menyebabkan lahan masyarakat yang berdampingan sekitar terdampak. Kebun rakyat kebanjiran ketika air kanal dilepas, bebas meluap dan Karhutla ketika musim panas kerap terjadi di sekitar kebun dan lahan masyarakat” tuturnya kepada Syamsuar.
Penjuang nasib rakyat bawah ini, selaku Akademisi yang kerap jadi Ahli di Pengadilan itu mengaku heran dengan Pemerintah, dimana tingkat kepeduliannya.
Sepertinya tidak pernah tahu ada peristiwa konflik di mana-mana, di Bumi Riau khususnya Pulau Rupat. Mengapa seperti tak ada pengawasan, Pengecekan, padahal masyarakat di bawah seperti di Rupat sudah demo, di Inhu demo, Pelalawan dan seluruh Riau. Konflik berujung pembakaran alat berat dan masuk penjara. Tapi tetap tidak ada respon dan perusahaan yang merusak gambut dan malah diberi penghargaan (award) seakan sebagai mitra terbaik, ” sindirnya.
Aackhhh payah” Rakyat Riau sebetulnya suka investor, tapi janganlah menyesengsarakan rakyat. Hancou lebou Negeri Melayu, bukannye diberi sanksi malah dipuja dan diberi penghargaan (award) bisa sebagai mitra terbaik pulak. Lelamoo temakol pun meloncat ke pangkuan award seraya bersyair: Ayam Melompat ke Pohon Mangga.
Beliau dilantik sebagai Pengurus Pusat Muhammadiyah, Dr. Elviriadi hari Ini angkat permasalahan Riau ke Jakarta.
Tersenggol pulak Sarang penyengat (Tembuan/Tawon)
Ada kanal perusahaan berdampak penyebab Karhutla.
Kok malah diberi penghargaan sebagai mitra terbaik.
Kepunan temakol kanal penghargaanlah, pungkas peneliti sarang tabuan yang rela gundul permanen demi hutan tropis-dikutip informasi publik(21/3)**(Zaini)